-->
  • Jelajahi

    Copyright © Kabar Terkini
    Best Viral Indonesia Information News

    Iklan

    Jamur Cordyceps Antara Fakta dan Manfaat, Bisa Bikin Jadi Zombie Mirip di The Last of Us?

    Thursday, January 26, 2023, January 26, 2023 WIB Last Updated 2023-01-26T12:03:26Z

    Serial yang populer saat ini yaitu The Last of Us, mengungkap infeksi jamur Cordyceps yang dapat menyebabkan manusia menjadi zombie. Betulkah demikian?

    Apa benar jamur Cordyceps bisa mengubah orang jadi clickers seperti di The Last of Us? (Tangkapan layar web mdpi.com)

    Cerita ini diambil berdasarkan video game keluaran Sony dengan judul yang sama. Diceritakan, planet Bumi dilanda pandemi yang disebabkan infeksi jamur Cordyceps. Serial yang tayang di HBO ini dibintangi oleh Pedro Pascal dan Bella Ramsey yang berperan sebagai dua tokoh utamanya, Joel dan Ellie.

    Bukan sembarang pandemi. Jamur itu membuat pasien positif terinfeksi berubah menjadi makhluk sejenis zombie dengan tingkatan skill berbeda, yakni runners, stalkers, clickers, bloaters, shamblers, hingga rat king.

    Joel bertugas menyelamatkan Ellie yang sepertinya imun alias tak mempan infeksi. Ellie pun dianggap sebagai harapan umat manusia untuk mengembangkan vaksin dan mengakhiri mimpi buruk pandemi jamur ini.

    Meski serial tersebut fiksi, jamur cordyceps sebetulnya benar-benar ada. Dalam jurnal berjudul Cordyceps spp.: A Review on Its Immune-Stimulatory and Other Biological Potentials, para pakar justru mengungkapkan manfaat dari jamur ini.

    Nama Cordyceps berasal dari bahasa Yunani 'kordyle' yang berarti klub dan bahasa Latin 'ceps' yang berarti kepala. Jamur ini memang 'menginfeksi' makhluk lain, terutama serangga artropoda dan jamur lainnya.

    Mereka bisa lolos dari sistem imun inangnya dengan cara mengharmonisasi siklus hidup inang tersebut dengan intensi bertahan hidup dan multiplikasi.

    Cordyceps tumbuh dan berkembang biak mengikuti tumbuhan yang menjadi inangnya. Siklus hidup mereka terbagi ke dalam tiga fase.

    Pada fase pertama, Cordycseps spp. menginfeksi tumbuhan dalam tahap larva lewat ascospores. Itu dilepaskan di udara dari jamur dewasa selama musim panas dan awal musim gugur dan dari kecambah.

    Pada beberapa kasus, infeksi Cordyceps spp. terjadi lewat pencernaan makanan yang telah terkontaminasi. Selanjutnya pada fase parasitisme, Cordyceps spp. makan dari usus inangnya.

    Sel jamurnya lalu menyebar ke seluruh tubuh dan berkembang biak secara cepat saat musim dingin. Caranya, mereka mengonsumsi semua organ internal dari larva, meninggalkan kerangka luar yang utuh.

    Selama proses ini, kondisi lingkungan tergolong buruk, dan jamur harus tahan terhadap salju serta kondisi dingin.

    Ketika musim semi dimulai dan suhu luar meningkat, endosklerotium berkecambah dan keluar melalui rongga mulut inang, matang di musim panas, membentuk tubuh buah, dan mulai melepaskan askospora (tahap saprofit).

    Cordyceps spp biasa ditemukan di ketinggian 3600 hingga 4000 meter di atas permukaan laut. Mereka juga bisa ditemukan di Amerika Utara,Eropa, Asia terutama di negara-negara seperti China, Jepang, Nepal, Bhutan, Vietnam, Korea, dan Thailand.

    Di India, Cordyceps spp tumbuh di region seperti Kumaun Himalaya dan Garhwal Himalaya. Selanjutnya, Cordyceps spesies C. gunni juga ditemukan di Australia.

    Jadi obat

    Mengutip artikel di situs MDPI, pemanfaatan Cordyceps spp. sebagai obat merupakan tradisi yang cukup lama di Asia karena kemampuan adaptogenik, efek tonik, dan kemampuannya mengurangi lelah serta menstimulasi sistem imun manusia.

    Mereka yang memanfaatkan Cordyceps spp. adalah masyarakat di China, Tibet, Nepal, dan India.

    Masyarakat di daerah tersebut biasa mengambil Cordyceps spp saat sedang menggembala. Di antara spesies Cordcyeps spp. yang sering dimanfaatkan sebagai obat adalah C. Sinensis dan C.Militaris.

    Masyarakat di daerah tersebut memanfaatkan Cordyceps spp. selama berabad-abad untuk mengadaptasi tubuh mereka dengan kondisi ekstrem di pegunungan.

    Selain itu, pengobatan tradisional China juga merekomendasikan penggunaan Cordyceps spp untuk merawat beberapa gangguan di manusia seperti penyakit kardiovaskuler dan pernafasan, gangguan pada ginjal dan lever, kanker, diabetes, penyakit infeksi dan parasit, serta disfungsi seksual.

    Karena manfaat itulah, para ahli meneliti kandungan dari C. Militaris, dan C. Sinensis. Diketahui, C. Militaris ternyata punya kandungan yang lebih banyak dari C. Sinensis.

    C. Militaris antara lain memiliki nucleosida, polysaccharida, carotenoid, dan selenium organik yang tinggi. Karena itulah, C. Militaris punya lebih banyak manfaat dibanding C. Sinensis.

    "Studi saintifik menunjukkan ada aktivitas biologis yang lebih beragam di C. Militaris dibanding C. Sinensis. C. Militaris telah terbukti melakukan aktivitas berikut: ergogenik, imunostimulasi, antitumor, antioksidan, antiinflamasi, antivirus, pelindung saraf, dan hipolipemik," demikian ditulis para pakar dalam artikel berjudul Cordyceps militaris: An Overview of Its Chemical Constituents in Relation to Biological Activity.

    Namun demikian, studi toksikologi tetap perlu dilakukan untuk menjamin keamanannya sebagai obat.

    Berikut sejumlah manfaat jamur cordyceps untuk kesehatan yang perlu diketahui. 

    "Secara umum, cordyceps disebut-sebut sebagai penambah energi, dan penelitian menunjukkan bahwa jamur cordyceps memiliki efek anti-inflamasi, antioksidan, dan antitumor," kata Carrie Dennett, ahli nutrisi diet di Pacific Northwest dan pemilik Nutrition By Carrie, dikutip dari US News,

    1. Melawan Radikal Bebas

    Jamur Cordyceps mengandung sifat antioksidan yang membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Studi menunjukkan bahwa senyawa dalam jamur meningkatkan aktivitas antioksidan dalam tubuh, yang diperlukan untuk menetralisir kerusakan radikal bebas pada sel.

    "Radikal bebas ini sering menargetkan sel-sel pankreas, jantung, dan pembuluh darah, antara lain," tutur Nancy Mitchell, seorang perawat terdaftar dengan lebih dari 37 tahun dalam perawatan geriatri.

    2. Mencegah Kanker

    Setidaknya satu penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol yang diperoleh dari cordyceps sinensis ditemukan memiliki sitotoksisitas pada sel kanker, artinya dapat membunuh sel kanker dan mencegah pembelahan dan pertumbuhan sel kanker lebih lanjut.

    Studi lain menunjukkan bahwa ekstrak dari cordyceps sinensis dapat menghambat pertumbuhan tumor dan menjadi agen kemoterapi adjuvan yang potensial. Kemoterapi ajuvan adalah jenis terapi augmentasi yang biasanya digunakan selain terapi utama untuk memaksimalkan efektivitas pengobatan.

    3. Mengontrol Gula Darah

    Cordyceps telah terbukti mengurangi peradangan hingga membantu mengontrol gula darah. Menurut Mitchell, karena sifat anti-inflamasinya, jamur ini kerap dianggap penting dalam diet untuk melindungi dari penyakit diabetes tipe 2 dan kardiovaskular.

    "Insulin adalah hormon yang bertanggung jawab untuk menurunkan kadar glukosa darah dan menjaganya dalam kisaran yang aman," kata Mitchell.

    "Ketika sel Anda tidak merespons insulin secara efisien, hal itu sering kali menyebabkan gula darah tinggi kronis dan diabetes tipe 2," imbuhnya lagi.

    Kadar glukosa darah yang tinggi diketahui dapat merusak sel-sel lain dalam tubuh, seperti ginjal dan pembuluh darah. Kedua organ tersebut memainkan peran mendasar dalam sistem kardiovaskular. Pasokan darah yang terganggu sering menyebabkan penyakit jantung.

    4. Dukungan Sistem Imun

    Menurut tinjauan literatur Frontiers, sejumlah senyawa yang ada di cordyceps menunjukkan aktivitas imunostimulasi, yang berarti memodifikasi respons sistem kekebalan tubuh. Meningkatkan respons kekebalan dapat membantu tubuh melawan infeksi dan membuat seseorang tetap sehat.

    Sebagian besar informasi yang berkaitan dengan efek cordyceps pada sistem kekebalan sebenarnya berasal dari penelitian pada kanker.

    Meski memiliki banyak manfaat, jamur ini juga memiliki efek samping jika dikonsumsi, seperti mual hingga sakit perut. Selain itu, jamur ini juga belum cukup bukti apakah aman untuk dikonsumsi selama kehamilan atau saat menyusui.

    "Jadi agar aman, sebaiknya tidak digunakan oleh wanita pada saat itu," kata Dennett.

    Berita Lainnya klik di sini

    Cari : Last of Us, Cordyseps, Jamur Cordyseps, Last of Us Cordyseps, Cordyseps The Las of Us, Kesehatan,

    Komentar

    Tampilkan

    Email Subscriptions

    Enter your email address:

    Delivered by FeedBurner

    Terkini

    Pendidikan

    +